Maka NikmatNya yang mana?

Seorang bapak tua bangun di subuh hari untuk sholat Subuh. Ketika kakinya diturunkan, yang dirasakan oleh telapak kakinya adalah tanah. Ya, lantai rumahnya hanyalah berupa tanah. Begitu membumi! Namun tak pernah pun sekali dalam hidupnya ia mengeluhkan hal itu. Tak pernah sekalipun menghalangi diri untuk menunaikan hakNya. Sedangkan bagi kita bangun subuh pun hal sangat berat. Malah menggerutu kalau dibangunkan. Sementara Allah tak pernah lelah memberi nafas untuk kita…

maka nikmatNya yang mana yang kita dustakan?

Seorang anak tiap harinya menuju ke sekolah hanya dengan berjalan kaki. Itupun jarak rumah ke sekolah sangatlah jauh. Namun tak pernah sekalipun ia mengeluhkan hal ini. Ia sadar bahwa yang dia lakukan adalah kebaikan. Sebuah langkah jihad yaitu mengecap pendidikan. Sedangkan sering kita mengeluh hanya untuk berangkat sekolah/kuliah. Itupun sudah dengan kendaraan yang memadai. Sementara Allah tak hentinya memberi kita nikmat jasmaniah untuk melakukan aktivitas-aktivitas kita…

maka nikmatNya yang mana yang kita dustakan?

Seorang nenek tua tiap hari rela berpanas-panasan di tengah kebun. Ia menjadi buruh tani demi sesen uang untuk dibelikan sebungkus nasi yang akan dimakannya bersama cucu di rumah. Si cucu ditinggal ibunya yang merasa tak mampu memelihara seorang anak. Namun sang nenek dengan ikhlas mau memelihara si cucu. Dan tak pernah ia mengeluhkan hal ini. Kini, terkadang kita begitu mengeluh ketika disuruh belikan sesuatu sambil berpanas-panasan oleh orang tua. Tak sadarkah kita kalau kebanyakan rezeki kita lewatnya dari orang tua? Dan tak sadarkah kita kalau orang tua bisa dijadikan ladang amal selama mereka masih hidup? Bukankah Allah begitu menekankan berbakti kepada mereka?

maka nikmatNya yang mana yang kita dustakan?

2 thoughts on “Maka NikmatNya yang mana?

  1. Ya……itulah kmalasan kita sudah dmulai dr subuh,mka siangpun seolah tak brsemangat,jadi bngunlah sbuh dan bersmangatlah

    Like

Leave a comment